Di Banjarmasin pada tahun awal 2000an, ada sebuah pasar yang unik tetapi kontroversial, yaitu Pasar Tungging, di ambil dari kata “ba tungging” dalam bahasa Banjar atau nungging dalam Bahasa Indonesianya. Disebut Pasar tungging karena diambil dari cara pembeli memilih barang dengan cara betungging (nungging).
Adapun penyebab pembeli nungging dikarenakan posisi jualan pedagang yang rendah karena barang dagangannya hanya dihampar disebuah terpal atau bisa juga rak kayu pendek yang langsung dihamparkan diatas tanah tanpa etalase ataupun sekat khusus. Sehingga jadilah posisi pembeli nungging untuk bertransaksi atau memilih barang.
Daerah Belitung merupakan tempat dan nama jalan raya yang sudah populer dengan Pasar Tunggingnya. Banyak pedagang yang biasanya menggelar dagangannya dibahu-bahu jalan mulai sore hingga malam hari sehingga membuat macet jalan dan juga membuat semrawut kawasan sekitarnya, akhirnya Pemerintah Banjarmasin pun mengambil tindakan untuk memindahkan Pasar Tungging ke sebuah Pasar, sehingga Pasar Tungging pun sudah kehilangan ciri khas namanya sendiri karena sekarang sudah seperti pasar biasa.
Dulunya barang-barang yang diperdagangkan kebanyakan merupakan barang-barang loak ataupun bekas, tetapi seiring ramainya kunjungan masyrakat, para pedagang sekitar sana mulai menjual dagangan yang lebih beragam mulai dari peralatan dan bahan rumah tangga, jam, pakaian distro ataupun obral sampai jasa odong-odong untuk permainan anak-anak.
Dalam perkembangan selanjutnya Pasar Tungging tidak hanya ditemukan di jalan Belitung, setelah dipindah, dibeberapa tempat seperti dikampung-kampung tertentu muncul Pasar dadakan / mingguan yang bisa disebut Pasar Tungging, biasanya skalanya kecil dan tidak begitu mengganggu kemacetan lalu lintas sekitar.
Lalu apakah Pasar Tungging berpotensi menjadi salah satu objek tempat wisata, khususnya wisata urban? Tentu saja bisa dikarenakan keunikan nama Pasar itu sendiri dan cara orang disana bertransaksiya selain itu barang-barang yang murah meriah bisa ditemukan disini ketimbang berdesakan di mall karena kualitasnya hampir sama dengan outlet dan distro di pusat perbelanjaan yang notabene menguras kantong pembelinya.
Pasar Tungging Banjarmasin |
Adapun penyebab pembeli nungging dikarenakan posisi jualan pedagang yang rendah karena barang dagangannya hanya dihampar disebuah terpal atau bisa juga rak kayu pendek yang langsung dihamparkan diatas tanah tanpa etalase ataupun sekat khusus. Sehingga jadilah posisi pembeli nungging untuk bertransaksi atau memilih barang.
Daerah Belitung merupakan tempat dan nama jalan raya yang sudah populer dengan Pasar Tunggingnya. Banyak pedagang yang biasanya menggelar dagangannya dibahu-bahu jalan mulai sore hingga malam hari sehingga membuat macet jalan dan juga membuat semrawut kawasan sekitarnya, akhirnya Pemerintah Banjarmasin pun mengambil tindakan untuk memindahkan Pasar Tungging ke sebuah Pasar, sehingga Pasar Tungging pun sudah kehilangan ciri khas namanya sendiri karena sekarang sudah seperti pasar biasa.
Dulunya barang-barang yang diperdagangkan kebanyakan merupakan barang-barang loak ataupun bekas, tetapi seiring ramainya kunjungan masyrakat, para pedagang sekitar sana mulai menjual dagangan yang lebih beragam mulai dari peralatan dan bahan rumah tangga, jam, pakaian distro ataupun obral sampai jasa odong-odong untuk permainan anak-anak.
Dalam perkembangan selanjutnya Pasar Tungging tidak hanya ditemukan di jalan Belitung, setelah dipindah, dibeberapa tempat seperti dikampung-kampung tertentu muncul Pasar dadakan / mingguan yang bisa disebut Pasar Tungging, biasanya skalanya kecil dan tidak begitu mengganggu kemacetan lalu lintas sekitar.
Lalu apakah Pasar Tungging berpotensi menjadi salah satu objek tempat wisata, khususnya wisata urban? Tentu saja bisa dikarenakan keunikan nama Pasar itu sendiri dan cara orang disana bertransaksiya selain itu barang-barang yang murah meriah bisa ditemukan disini ketimbang berdesakan di mall karena kualitasnya hampir sama dengan outlet dan distro di pusat perbelanjaan yang notabene menguras kantong pembelinya.
0 Response to "Pasar Tungging dan Potensi Pariwisata Kota"
Post a Comment